Sabtu, 09 November 2013

Asuhan Keperawatan Dokumentasi Pada Lansia

BAB I
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000). Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 - 2025, tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi maupun mentalnya (Nugroho, 2004). Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Setiap orang yang dikaruniai umur panjang akan mengalami tahapan ini. Dengan berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup maka kesempatan menjadi usila semakin besar sehingga diperkirakan jumlah usila semakin bertambah. Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Pada makalah ini akan dibahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan lanjut usia, dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation). Serta akan menjelaskan pula tentang kebutuhan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritiual, dan tentang dementia pada lansia. Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka kelompok usila perlu mendapat perhatian dan pembinaan khusus baik oleh pemerintah atau swasta maupun berbagai disiplin ilmu termasuk keperawatan, agar para usia lanjut dapat mempertahankan kondisi kesehatannya sehingga tetap dapat produktif, berperan aktif di masyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : 1. Bagaimana proses asuhan keperawatan dokumentasi pada lansia 2. Bagaimana cara mengisi format asuhan keperawatan pada lansia 3. Bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual untuk lansia 4. Bagaimana dementia pada lansia C. Tujuan Penulis a. Tujuan umum Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang dokumentasi asuhan keperawatan pada usia lanjut, bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual, dan daya ingat pada lansia. b. Tujuan khusus 1. Mahasiswa mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan 2. Mahasiswa mengetahui bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual pada lansia 3. Mahasiswa mengetahui dementia pada lansia 
 BAB II 
LANDASAN TEORI
A. Dokumentasi Asuhan Keperawatan 
1. Dokumentasi
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memeberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidak puasan terhadap pelayanan yang diberikan. Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa kegunaan bagi perawat dan klien antara lain :
a. Sebagai alat komunikasi
Dokumentasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan baik akan menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan juga akan berkurang sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Disamping itu, komunikasi juga dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
b. Sebagai mekanisme peratanggung gugatan
Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan pendokumentasian. Oleh karena itu, kualitas kebenaran standar pendokumentasian akan mudah dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah memilki standar hukum.
c. Metode pengumpulan data
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data – data pasien tentang kemajuan atau perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi kecendrungan yang mungkin terjadi. Dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena data –datanya otentik dan dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu, dokumentasi dapat digunakan sebagai data statistic.
d. Sarana pelayanan keperawatan secara individual
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual sehingga individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.
e. Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi tentang hal – hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
f. Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga kesehatan, akan saling kerja sama dalam memberi tindakan yang berhubungan dengan klien. Karena hanya lewat bukti – bukti otentik dari tindakan yang telah dilaksanakan, kegiatan tersebut akan berjalan secara professional.
g. Sarana pendidikan lanjutan
Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih baik dan terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan
h. Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan keperawatan yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Dokumentasi Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien. Pengkajian adalah awal dari tahapan proses keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien ( sumber data primer ), data yang didapat dari orang lain ( data sekunder ), catatan kesehatan klien informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar. Pengumpulan data menggunakan berbagai metode seperti observasi ( data yang dikumpulkan berasal dari pengamatan ), wawancara ( bertujuan mendapatkan respons dari klien dengan cara tatap muka ), konsultasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ataupun pemeriksaan tambahan. Manusia mempunyai respons terhadap masalah kesehatan yang berbeda sehingga perawat harus mengkaji respons klien terhadap masalah secara individual. Tujuan dokumentasi pengkajian adalah :
a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap masalah yang dapat mempengaruhi perawatan
b. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan diidentifikasi
c. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan informasi. Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan perubahan kondisi pasien.
d. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien dan respons yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan.
e. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap respons pasien.
f. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.
Jenis Dokumentasi Pengkajian
I. Pengkajian Awal ( Initial Assesment ) Pengkajian awal ( intial assessment ), dilakukan ketika pasien masuk kerumah sakit. Bentuk dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar perawatan. Selama pengkajian umum, perawat mengidentfikasi masalah kesehatan yang dialami klien, dengan mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat memudahkan perencanaan perawat klien.
II. Pengkajian kontinu ( Ongoing Assesment ) Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar, informasi yang diperoleh dari pasien selama pengkajian awal daan informasi tambahan ( berupa tes diagnostic dan sumber lain ) diperlukan untuk menegakkan data.
III. Pengkajian ulang ( Reassesment ) Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari informasi selama evaluasi. Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari masalah pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan dari pasien.
3. Dokumentasi Diagnose Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial ( NANDA,1990 ), Diaognose keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat.
Perumusan diagnose keperawatan adalah bagaimana diagnose keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai factor yang menjadi kendala atau penyebab. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan baik actual maupun potensial.
1) Kategori Diagnosa Keperawatan Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnose keperawatan meliputi tipe actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindroma.
a. Diagnose keperawatan actual
Diagnose keperawatan actual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnose keperawatan actual memiliki empat komponen diantaranya : label, definisi, batasan karakterstik, dan factor yang berhubungan. Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnose dan batasan karakterstik ( Gordon, 1990 ), Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnose, batasan karakterstik menentukan karakteristik yang mengacu pada petunjuk, klinis, tanda subjektif, dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada diagnose keperawatan, yang terdiri dari batasan mayor dan minor. Factor yang berhubungan merupakan etiologi atau factor penunjang. Factor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Factor yang berhubungan terdiri dari empat komponen yaitu :  Patofisiologis ( biologis atau psikologis )  Tindakan yang berhubungan  Situasional ( lingkungan, personal )  Maturasional. Penulisan rumusan ini adalah PES ( Problem + etiologi+symtoms).
b. Diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi Menurut NANDA, diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama. Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial dengan menggunakan “ risiko terhadap atau risiko tinggi terhadap ”. validasi untuk menunjang diagnosa risiko tinggi adalah factor risiko yang meperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik.Penulisan rumusan diagnosa keperawatan risiko tinggi adalah PE ( problem+etiologi )
c. Diagnosa keperawatan kemungkinan Menurut NANDA, diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya factor risiko
d. Diagnosa keperawatan sejahtera Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang di sahkan. Dalam menentukan diagnosa keperawatan sejahtera menunjukkan terjadi peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif. Contoh penulisan diagnosa keperawatan sejahtera : Perilaku mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang pengatahuan tentang peran sebagai orang baru ( linda jual carpenito, 1995 )
e. Metode dokumentasi diagnosa keperawatan Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman dokumentasi yaitu :
• Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk masalah resiko
• Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau format diagnosa keperawatan
• Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA
• Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data untuk diagnosa
• Masukan pernyataan diagnosa keperawatan kedalam daftar masalah
• Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah keperawatan
• Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi 4. Dokumentasi Rencana Keperawatan Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan “ rencana tindakan keperawatan ” yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi, dan menghilangkan masalah. Selain itu, untuk memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga, serta orang terdekat dalam merumuskan rencana tindakan. Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapkan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Tujuan rencana keperawatan :  Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi  Sebagai alat komunikasi antara perawat dank lien  Sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan  Langkah dari proses keperawatan ( pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan a. Tipe Dokumentasi Rencana Keperawatan Ada dua tipe dokumentasi rencana keperawatan menurut fischbach yaitu :  Traditionally designed care plans Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan tiga pendekatan yaitu diagnosa keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan atau instruksi perawatan  Standarlized care plan Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan standar praktik keperawatan dalam pendokumentasian yaitu : a. Rencana perawatan di cetak berdasarkan diagnosa medic atau prosedur khusus seperti prosedur katerisasi jantung, pembedahan, dan lain-lain. Tipe ini mengantisipasi respon terhadap prosedur yang dilakukan b. Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. Hal ini digunakan berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa perawatan. Kemudian perawat menuliskan secara lengkap etiologi dan masalah c. Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan standar computer. Perawat dapat menyeleksi masalah klien dari menu yang terdapat dalam computer. 5. Dokumentasi implementasi keperawatan Dokumentasi implementasi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri, dan tindakan kolaboratif. Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan yang dilakukan perawat tanpa pesanan dokter. Tindakan ini telah ditetapkan oleh standar praktik keperawatan. Intervensi keperawatan mencakup mengkaji klien, mencatat respons klien terhadap tindakan, melaporkan status klien kepetugas jaga berikutnya, dan mencatat respons klien terhadap asuhan keperawatan. Selain itu perawat mengajarkan klien untuk mengubah posisi tidur, melakukan rentang gerak, mengkaji status fisik klien, dan mengkaji aktivitas hisup sehari-hari. Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah klien. Tindakan ini mencakup membahas perencanaan pulang, membahas respons pasien, merujuk klien keterapi okupasi, memberi obat-obat nyeri sesuai dengan pesanan dokter. Intervensi keperawatan ( tindakan atau implementasi ) merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan intervensi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Intervensi keperawatan dicatat untuk mengkomunikasikan rencana perawatan, mencapai tujuan, dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan masalah, serta tetap melakukan pengkajian untuk evaluasi efektif terhadap perawatan. 1. Tipe intervensi keperawatan Menurut bleich dan fischbach, tipe intervensi keperawatan dibagi menjadi dua komponen yaitu : a. Intervensi perawatan terpeutik Intervensi ini memberikan pengobatan secara langsung pada masalah yang dialami pasien, mencegah komplokasi, dan mempertahankan status kesehatan. Intervensi keperawatan terapeutik, contohnya diagnosa keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif. Intervensi keperawatan diantaranya atur posisi pasien untuk oksigenasi, ajarkan tekhnik batuk secara efektif, lakukan pengisapan ( suction ) pada jalan napas. b. Intervensi surveilens Intervensi ini menyatakan tentang survey data dengan melihat kembali data umum dan membuktikan kebenaran data. Dengan kata lain, sifatnya tidak langsung karena menyediakan data lebih dulu. Intervensi keperawatan surveilens : 1. Lakukan observasi tanda vital 2. Lakukan pemeriksaan status neurologis 3. Kumpulkan dan tes urine 4. Lakukan pemantauan glukosa darah 5. Lakukan pemeriksaan fisik 6. Lakukan pemantauan jantung 7. Lakukan pemantauan respirasi 8. Lakukan pemantauan masukan dan keluarkan 6. Dokumentasi Evaluasi Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi memberikan informasi, sehingga memungkinkan revisi perawatan Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada pasien. Tipe Dokumentasi Evaluasi Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respons segera dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu. Untuk dokumentasi evaluasi yang memenuhi standar, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan aplikasi prinsip ukuran dan proses evaluasi. Proses ini kemungkinan hanya dipakai jika tujuan dapat di ukur, kepekaan pada pasien tentang kemampuan mencapai status tujuan, kesadaran tentang factor lingkungan, social dan system pendukung memadai. Disamping itu, evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai, atau tercapai sebagian. Contoh penulisan sebagai berikut. Kriteria tujuan tercapai Contoh : pasien dapat makan sendiri dengan menghabiskan 1 porsi pada tanggal 30/09/2013 Kriteria tujuan tercapai sebagian Contoh : pasien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual setelah makan bahkan kadang muntah Kriteria tujuan tidak tercapai Contoh : Pasien tidak dapat makan pada tanggal 30/09/2013 B. Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia 1. Ruang Lingkup Permasalahan a. Kesehatan. Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri pada usia ini. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan kesehatan pada usia lanjut sangat bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia lanjut yang sakit-sakitan hanyalah sekitar 15-25%, makin tua tentu presentase ini semakin besar. Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan "aktivitas sehari-hari" (Activities of Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur. Di samping faktor keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai peran yang cukup besar. Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut (bahkan jauh-jauh sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku individu, dilandasi oleh kesadaran, keimanan dan pengetahuan. Menjadi tua secara sehat (normal ageing, healthy ageing) bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu yang bisa diusahakan dan diperjuangkan. Seyogyanya dianut paradigma, mencegah dan mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin, kemudian menunda kesakitan dan cacat selama mungkin. b. Sosial. Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di dalam keluarga, peranannya-pun mulai bergeser. Anak-anak sudah "jadi orang", mungkin sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh. Rumah jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi. Teori Kejiwaan Sosial 1) Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory ) a. Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social b. Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia c. Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan kelanjut usia 2) Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory ) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. 3) Teori Pembebasan ( Didengagement Theory ) Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social usia lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingg sering terjadi kehilangan ganda ( triple loos ) yakni : • Kehilangan peran ( loss of role ) • Hambatan kontak social ( Restrastion of Contacts and Relation ship ) • Berkurangnya komitmen ( reuced commitmen to social mores dan values ) c. Psikososial Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada penghasilan. Bagi mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai negeri atau ABRI, pension menyebabkan penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan kemudahan kemudahan. Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi masalah karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun. Namun bagi "non profesional" pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi. Oleh karena itu, pensiun seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi dengan latihan latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan pengembangan hobi maupun pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari nafkah melalui sektor non formal, seperti petani, pedagang dan sebagainya, memasuki usia lanjut umumnya tidak akan banyak berdampak pada penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu cepat mengalami kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu. Terganggunya kesehatan berdampak seperti pisau bermata dua. Pada sisi yang satu menjadi kendala : Untuk mencari nafkah, pada sisi lain menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada kondisi ini. Perubahan – Perubahan Psikososial • Pensiun Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaaan, bila seseorang pension ( purna tugas ) ia akan mengalami kehilangan antara lain :  Kehilangan finansial ( income berkurang )  Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap segala fasilitasnya )  Kehilangan teman / kenalan atau relasi  Kehilangan pekerjaan / kegiatan d. Psikologi. Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-sendiri atau bersama-sama secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal-hal tersebut dapat menjadi stresor, yang kalau tidak dicerna dengan baik akan menimbulkan masalah atau menimbulkan stres dalam berbagai manifestasinya. Sikap mental seseorang sendiri dapat menimbulkan masalah. Usia kronologis memang tidak dapat dicegah, namun penuaan secara biologis dapat diperlambat. Rambut yang memutih, kulit yang mulai keriput, langkah yang tidak lincah lagi dan sebagainya, harus diterima dengan ikhlas. Namun janganlah penuaan secara psikologis terjadi lebih cepat daripada usia kronologis. Untuk itu diperlukan sikap mental yang positif terhadap proses penuaan. Menua tidak harus sakit-sakitan, juga tidak harus loyo dan jompo. Kehidupan spiritual mempunyai peran yang sangat penting. Seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya, tentu akan memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti kata sebuah hadis : "sebaik-baik manusia adalah yang umurnya panjang dan baik amal perbuatannya". Kalau mensyukuri nikmat sehat, maka akan memelihara kesehatan kita sebaik-baiknya. Kalau silaturachmi itu memperpanjang umur, kita sebaiknya memelihara kehidupan sosial selama mungkin. e. Spiritual Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003). Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan Spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang. Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual adalah upaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, 2004). Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spirituailitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002). Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000). Mubarak et.al (2006),perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia antara lain. • Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan • Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan. 2. Batasan Dan Pemahaman a. Pendekatan Holistik Pendekatan holistik, adalah pendekatan "secara utuh" bio-psiko-sosial ekonomi dan spiritual, terhadap kehidupan, dengan mengingat bahwa pada hakikatnya • Manusia adalah hamba Allah • Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari alam semesta • Manusia adalah "Kesatuan yang utuh" (an integrated whole) jasmanirohani. Dengan cara pendekatan ini, maka gangguan pada salah satu aspek kehidupan, misalnya gangguan kesehatan jiwa, dapat dan bahkan harus dicari sebabnya pada kemungkinan adanya "disharmoni" salah satu atau lebih dari sisi kehidupan manusia tersebut. b. Usia Lanjut Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang-undang No.12/1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut adalah sebagai berikut : Usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Depsos,1999); batasan ini sama dengan yang dikemukakan oleh Burnside dkk. Menurut WHO • Elderly (64 - 74 thn) • Old (75 - 90 thn) • Very Old (> 90 thn) c. Usia Lanjut Sehat Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan mental yang optimal serta tetap melakukan aktivitas sosial dan produktif. Ciri usia lanjut sehat : • Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari hidupnya yang tidak perlu disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya. • Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang tepat dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya. • Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di antara orang-orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberi perhatian dan kasih sayang yang membuat dirinya masih diperlukan dan dicintai. • Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat. • Memiliki keamanan finansial, yang memungkinkan hidup mandiri, tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. • Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat menentukan nasibnya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga kestabilan harga dirinya. d. Proses Penuaan Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak pembuahan/konsepsi dan berlangsung sampai-pada saat kematian. Dalam perjalanannya proses tersebut akan dipengaruhi oleh variabel-variabel : • Kultural dan etnik • Polesan genetik dan keturunan • Kondisi fisiologis pada waktu konsepsi dan kelahiran • Pertumbuhan dan maturasi • Lingkungan, sistem famili dan hubungara kemaknaan lainnya. Proses penuaan mengakibatkan terganggunya berbagai organ di dalam tubuh seperti system gastro-intestinal, sistem genito-urinaria, sistem endokrin, sistem immunologis, sistem serebrovaskular dan sistem saraf pusat, dsb. Perubahan yang terjadi pada otak mulai dari tingkat molekuler, sampai pada struktur dan fungsi organ otak. Akibat dari perubahan tersebut maka antara lain akan terjadi penurunan peredaran darah ke otak pada daerah tertentu dan gangguan metabolisme, neurotransmiter, pembesaran ventrikel sampai akhimy a terjadi atrofi dari otak dan berat otak mengalami pengurangan kurang lebih 7% dari berat sebelumnya. Akibat di atas, maka fenomena yang muncul adalah perubahan struktural dan fisiologis, seperti sulit tidur, gangguan perilaku, gangguan seksual dan gangguan kognitif. e. Kesejahteraan Usia Lanjut Menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lajut bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Kesejahteraan ini hanya dapat tercapai jika ada jaminan sosial terutama dalam bentuk pensiun, asuransi pensiun dan asuransi kesehatan dari pemerintah ataupun swasta, jaminan dari anak-anaknya atau keluarganya atau yang bersangkutan sendiri. Usia Lanjut Potensial adalah usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa. f. Budaya Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola perilaku yang dipelajari, diciptakan, serta ditularkan di antara suatu anggota masyarakat tertentu. Batasan budaya menurut Koentjaraningrat adalah : keseluruhan sistemgagasan, tindakan dan basil karya manusia, dalam rangka kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Karakteristik budaya menurut TO. Ihromi adalah : • Budaya diciptakan dan ditransmisikan lewat proses belajar • Budaya dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dan merupakan pola kelakuan umum • Budaya merupakan mental blue print • Penilaian terhadap budaya bersifat relative • Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif. Pemahaman akan konsep budaya, membawa kita pada kesimpulan bahwa gagasan, perasaan dan perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di masyarakat. Demikian pula pergeseran ataupun perubahan pada tatanan budaya dalam suatu masyarakat akan diiringi dengan perubahan perilaku dari individu yang hidup di dalamnya. Budaya tercipta sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap masalahmasalah yang timbul dari lingkungan hidupnya. Selanjutnya budaya mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia dalam kelompoknya. Interaksi keduanya membentuk suatu pola spesifik perilaku, proses pikir, emosi dan persepsi individu atau kelompok dalam bereaksi terhadap tekanan-tekanan kehidupan. Dengan demikian dapat dimengerti peranan budaya dalam masalah kesehatan jiwa. g. Gangguan Psikologis dan Masalah Perilaku pada Usia Lanjut Tahap memasuki usia tua ini akan dialami oleh semua orang (tak bisa dihindarkan), tetapi kondisi fisik dan psikologis usia lanjut sangat berbeda dari satu usia lanjut dengan usia lanjut lainnya. Kekuatan tubuh yang mulai berkurang daya penyesuaian diri, reaksi terhadap lingkungan, daya inisiatif dan daya kreatif ini pada usia lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis. Kondisi menjadi tua bukan terjadi dalam waktu semalam, tetapi telah mengikuti rentang kehidupan yang cukup lama dan dalam memandang pembentukan kepribadian seseorang pandangan holistik dapat membantu kita lebih memahami perilaku seseorang. Pandangan holistik ini ialah bahwa pribadi seseorang yaitu faktor biologis, psikologis, sosial budaya, dan agama; keempat faktor inilah yang memberikan warna tertentu pada seseorang sejak dalarn kandungan sampai usia lanjut. Dengan kata lain apa yang terjadi dan akan dialami oleh usia lanjut tidak dapat dilepaskan dari pembentukan pengalaman masa lalu di mana dia akan memperlihatkan wxrna kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan tidak berhasil dalam memasuki dan menjalani usia lanjut. Misalnya seseorang yang sebelumnya sudah memperlihatkan kemampuan penyesuaian diri yang baik, tentunya diharapkan dapat menjalani usia lanjut dengan lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Persepsi psikologis usia lanjut terhadap dirinya. Seperti yang telah diulas di muka, persepsi seseorang tentang citra dirinya akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia membentuk kepribadiannya. Seseorang dengan kepribadian yang stabil, hangat, positif dalam menentukan jalan pikirannya, biasanya akan lebih baik dan mudah dalam menghadapi usia lanjutnya. Walaupun demikian memang tidak dapat dipungkiri bahwa sikap dari masyarakat terhadap sosial budaya ikut andil dalam menentukan persepsi citra diri usia lanjut ini. Secara budaya ada pandangan bahwa usia lanjut sudah tidak dapat didayagunakan, sudah ada keterbatasan gerak dan pengambilan keputusan. Budaya sering kali mendudukkan mereka pada peran yang dituakan, di sini mengandung dua pengertian, yaitu dituakan untuk tempat mencari nasihat hidup bagi generasi yang lebih muda, atau dituakan dalam arti tidak lagi diajak berdiskusi, berkomunikasi. Untuk selanjutnya terjadi lingkaran setan antara sikap lingkungan dan perilaku yang diperlihatkan oleh usia lanjut dengan memasuki dan menjalani usia lanjut, seseorang akan dituntut untuk mengadakan penyesuaian diri. Beberapa kendala yang bisa muncul : 1. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut dapat memicu munculnya perilaku/sikap tidak berdaya tidak berguna, tidak bisa membantu apapun. 2. Keadaan yang sulit berkomunikasi disebabkan kurangnya daya pendengaran, kurangnya kemampuan mengingat, kesulitan menangkap isi pembicaraan orang lain menyebabkan usia lanjut akan memperlihatkan perilaka menjauh dan menjaga jarak dengan orang sekitarnya. 8. Pola Tidur Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jagka waktu yang relatif menetap dan meliputi : • Jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun • Irama tidur • Frekuensi tidur dalam sehari • Mempertahankan kondisi tidur • Kepuasan tidur. Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler, berulang dan reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan pada keadaan jaga. C. Dementia Pada Lansia Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi Psikogeriatrik Amerika, Demensia adalah kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang cukup parah sehingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang diakibatkan dari gangguan di otak. Pikun atau istilah bahasa latin Demensia adalah kerusakan progresif dari fungsi kognitif yang terjadi dalam kesadaran yang jernih. Demensia mempunyai banyak tanda dan gejala terdapat disfungsi kronik dan tersebar. Gambaran utama ialah adanya kerusakan menyeluruh kemampuan intelek, dengan manifestasi sebagai kesulitan dalam ingatan, perhatian, berpikir, dan penggabungan. Pikun hampir selalu beridentifikasi usia lanjut, namun sesungguhnya pikun bisa terjadi pada semua segmen umur, yaitu saat usia muda. Proses terjadinya pikun usia muda berbeda dengan usia tua. Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang berkembang di masyarakat, dengan bertambahnya usia, seseorang akan bertambah menjadi pelupa atau demensia, tidak kreatif dan tidak bisa bekerja lagi. Hal ini tentu saja tidak benar. Demensia sebenarnya bukan karena faktor usia orang menjadi pikun. Beberapa faktor penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi jenis obat tertentu, penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang beredar bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi pelupa atau demensia. Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian terbarunya mengungkap bahwa kondisi kesehatan gusi yang merupakan penyebab gigi tanggal berhubungan erat dengan risiko kepikunan. Ia menyimpulkan hal itu setelah meneliti 6.000 lansia berusai 65 tahun ke atas. Infeksi yang terjadi di gusi dapat menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa terbawa oleh aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian menyebabkan radang di jaringan tersebut. Radang yang terjadi di jaringan otak dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf yang hampir seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada saraf-saraf memori dan kognitif adalah penyebab utama terjadinya demensia pada orang dewasa maupun lansia. Gejala klinik demensia penting dengan mengidentifikasikan sindrom dan penatalaksanaan klinis dari penyebabnya. Kelainan ini dapat progresif atau statis, permanen atau tidak menetap. Tingkat pemulihan demensia dihubungkan dengan kondisi patologi penyakit yang mendasarinya dan penggunaan pengobatan yang efektif. Pengelompokan Demensia a. Demensia yang tidak dapat pulih (Irreversible Dementia) • Demensia Tipe Alzheimer (DTA) • Korea Huntington • Penyakit Parkinson • Lain-lain b. Demensia yang dapat pulih (Reversible Dementia) • Demensia vaskuler. • Hidrosefalus dengan Tekanan Normal (Normal Pressure Hydrocephalus) c. Demensia menetap yang diinduksi oleh zat • Intoksikasi obat • Tumor Otak • Trauma Otak • Infeksi • Gangguan metabolic • Gangguan jantung, paru, hati dan ginjal. Tanda & Gejala Demensia • Penurunan memori (daya ingat) • Penurunan daya orientasi • Hendaya (impairment) intelektual • Gangguan daya nilai (judgment) • Gejala psikotik • Hendaya berbahasa Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Dini 1. Perubahan samar-samar kepribadian 2. Hendaya (gangguan) penampilan 3. Minat berkurang 4. Depresi sering terjadi Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Lanjut 1. Penurunan memori (daya ingat) 2. Penurunan daya orientasi 3. Daya intelektual 4. Gangguan daya nilai 5. Gejala psikotik 6. Daya berbahasa D. Daya Ingat (Memori) Pada Lansia Memori atau daya ingat dan proses belajar merupakan satu kesatuan. Belajar merupakan proses untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru, sedangkan memori adalah proses penyimpanan informasi tersebut serta dapat mengingatnya kembali bila dibutuhkan. Proses ingat-mengingat memori terdiri atas : a. Encoding, di mana suatu informasi dari dunia luar akan ditera dan didistribusikan ke beberapa unit penyimpanan di otak sebelum unit tersebut dapat mempelajari materinya. b. Konsolidasi merupakan Retrieval adalah mengingat kembali penyimpanan informasi tersebut yang lebih permanen bahan informasi yang telah disimpan. c. Retrieval adalah mengingat kembali bahan informasi yang telah disimpan. Memori terdiri atas : a. Daya ingat sesaat (Immediate Memory) yaitu informasi yang hanya disimpan selama beberapa detik saja : contoh, memutar nomor telpon sambil melihat nomor tersebut di buku telpon, di mana kita langsung lupa nomor tersebut setelah memutarnya. b. Daya ingat jangka pendek (Short-term Memory) yaitu informasi dapat diingat setelah beberapa menit memperhatikan dan menghafalnya contoh, memutar nomor telpon sambil menghafalnya. Dapat bertahan dalam beberapa menit ---jam. c. Daya ingat jangka panjang (Long - term Memory) yaitu informasi masa lampau masih dapat diingat. Ini merupakan bank memori tentang apa yang kita ketahui dari pendidikan dan pengalaman, sebagian besar akan hilang setelah beberapa lama. E. Masalah Daya Ingat (Memori_) Menurut isinya daya ingat terdiri atas • Episodic Memory tentang peristiwa dan fakta dalam hidup. • Semantic Memory tentang pelajaran di sekolah. Semantic memory lebih diingat ketimbang episodik. • Procedural Memory tentang bagaimana melakukan kegiatan sehari-hari (berjalan, bersepeda). Pada umumnya memory ini tidak mudah dilupakan. LUPA Adalah keadaan di mana informasi yang pernah dipelajari tidak dapat dikeluarkan pada waktu dibutuhkan. Beberapa penyebab mudah lupa. • Fisiologis : benign senescent forgetfulness • Patologis : merupakan gangguan mental ringan yang masih normal pada usia lanjut. a. Keadaan Reversibel  Drug induced (Single or Drug interactions) : Obat-obat analgesics (NSAID), sedative (benzodiazepine), antidepresan, alkohol, antihipertensi, antihistamin, antikonvulsan, antibiotik, antiaritmik, antiparkinson, muscle-relaxant, logam berat dan insektisida.  Metabolik / Endo krin tuitarisme, penyakit Wilson, hipotiroidi, defisiensi Vit. B1,,B2, B6, B12.  Neurologik : gegar otak, tumor, hidrosefalus tekanan normal, hematoma subdural kronik, sifilis, meningitis kronik. depresi, gangguan Psikiatrik mood bipolar. b. Keadaan Irreversibel / Progresif Neurologik : penyakit Alzheimer, penyakit Lewy - body, demensia vaskular, demensia fronto-temporal, penyakit Pick, penyakit Prion. Tahap penurunan fungsi kognitif pads usia lanjut Age-associated memory impairment (AAMI) atau benign senescent forgetfulness merupakan gangguan mental ringan yang masih normal pada usia lanjut. Pada mereka ditemukan perlambatan dalam belajar, sering membutuhkan cue pada retrieval dan mengalami forget to remember menurut diagnostic criteria of aging - associated cognitive decline (AACD) - Working Party of the International Psychogeriatric Association in collaboration with the WHO. 1. Adanya laporan yang dapat dipercaya bahwa fungsi kognitifnya mulai menurun. 2. Timbulnya kemunduran tersebut terjadi bertahap minimal dalam enam bulan. 3. Dijumpai adanya gangguan pada salah satu fungsi yaitu memori dan belajar, atensi dan konsentrasi, problem solving - abstraksi, bahasa (comprehension, mencari kata yang tepat) dan visuospasial. 4. Pada asesmen (tes neuropsikologi dan mini mental) memberikan hasil paling sedikit 1 SD (standar deviasi) di bawah normal. 5. Kriteria eksklusif; penyakit serebral, sistemik, depresi, anxietas, delirium, postensefalitis, postkontusio dan pengaruh obat-zat. AAMI disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu 1. Proses berpikir yang lamban 2. Kesulitan memusatkan perhatian dan konsentrasi 3. Memerlukan waktu lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru 4. Kesulitan menghindari hal yang tidak perlu (distraktor) 5. Memerlukan lebih banyak isyarat (cue) untuk me-recall (mengingat) sesuatu 6. Kurang menggunakan strategi memori yang tepat. Kriteria Mudah Lupa (Forgetfulness) 1. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya 2. Gangguan dalam mengingat kemb ali (Retrieval) 3. Gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori (Recall = Active retrieval) 4. Memerlukan isyarat (cue) untuk retrieval 5. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk ketimbang menyebut namanya. Tahapan Penurunan Fungsi Memori 1. Memori deklaratif episodik, yaitu mengingat kembali masalah yang berkaitan dengan waktu dan tempat (kapan dan di mana peristiwa itu terjadi). 2. Penurunan memori deklaratif semantik (masalah yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman). 3. Penurunan memori prosedural (keterampilan motorik yang pemah dipelajari). F. Tes Skrining MMSE Salah satu cara yang mudah untuk melakukan skrining terhadap kemunduran ini adalah dengan Mini Mental State Examination (MMSE) yang merupakan suatu tes skrining yang valid terhadap gangguan kognisi yang berkorelasi cukup baik dengan tes standard Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Clock Drawing Test Pertama kali penelitian tentang Clock Drawing Test (CDT) tahun 1983. Saat itulah tes tersebut digunakan di berbagai macam setting. Tes tersebut memerlukan kemampuan pemahaman, kemampuan visual spasial, kemampuan merekonstruksi, konsentrasi, pengetahuan angka, ingatan visual dan fungsi eksekutif. Meskipun tes tersebut mampu untuk menguji aspek kognitif yang luas, CDT tidak terlalu menekankan pada aspek pengetahuan dibandingkan dengan tes lain misalnya The abbreviated mental test score (AMTS) yang lebih pendek ataupun the Mini Mental State Examination (MMSE) yang lebih umum. (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007), Inti dari tugas tes tersebut adalah aktivitas menggambar permukaan jam kemudian menggambar jarum jam yang menunjuk pada arah tertentu sebagai simbol dari waktu. Sejumlah variasi sudah berkembang, demikian juga variasi dari sistem penilaiannya, akan tetapi yang disering digunakan adalah yang dikembangkan oleh Manos dan Shulman. CDT menunjukkan korelasi yang baik dengan tes fungsi kognitif yang lain yaitu MMSE dan The Blessed Dementia Rating Scale (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007). CDT mempunyai kemungkinan kelemahan terbesar karena tidak sesuai untuk orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan atau gangguan neurologis lengan bagian atas seperti kelumpuhan atau tremor. Beberapa ahli berpendapat bahwa umur dan pendidikan menyebabkan bias pada penilaian CDT, meskipun ahli lain mengatakan sebaliknya. Di sisi lain, CDT mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode skrining gangguan kognitif yang lain yaitu tidak terpengaruh dengan suasana hati, bahasa atau budaya, selain itu tidak membutuhkan pengetahuan yang tidak semestinya. Selain itu, CDT biasanya menarik perhatian para penderita karena tidak terlalu lama dan mudah diterima. (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengadministrasian Clock Drawing Test di Indonesia dan fungsinya untuk mengetahui tanda-tanda orang lanjut usia yang mengalami demensia. METODE Pemilihan Subjek Subjek penelitian merupakan responden dari mahasiswa peserta mata kuliah Psikogeriatri. Mereka mendapatkan tugas untuk mencari orang lanjut usia yang ada di sekitar mereka untuk dites, diobservasi dan diwawancarai, Orang lanjut usia yang dipilih yang mempunyai kriteria berumur diatas 55 tahun. Sebelumnya, mahasiswa diberikan pelatihan selama satu hari (dalam satu kali pertemuan kuliah) untuk memberikan instruksi, aspek yang diobservasi dan diawawancarai. Para mahasiswa yang bertugas mengambil data sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang orang lanjut usia, baik berkaitan dengan perubahan fisik, kognitif, emosi dan sosialnya maupun dengan berbagai macam penyakit yang biasa di alami orang lanjut usia tersebut. Responden yang diberikan CDT sebanyak 140 orang, tetapi tidak seluruhnya dapat dianalisis karena ada beberapa data yang tidak ditampilkan misalnya pendidikan, tidak ada hasil wawancara dan observasi mengenai keseharian responden. Jumlah data yang memadai adalah 133 responden. Instrumen Penelitian Untuk mengambil data digunakan Clock Drawing Test dari Shulman, Gold, Cohen, dan Zucchero (1993). Pengadministrasiannya sebagai berikut : Hartati dan Widayanti, Clock Drawing Instruksi Langkah 1: Memberikan responden sehelai kertas dengan lingkaran yang seperti jam, besarnya relatif sesuai dengan angka yang akan digambar. Ditunjukkan bagian atas dan bawah. Langkah 2: Responden diminta untuk menggambar angka-angka di lingkaran tersebut sehingga berbentuk seperti jam dan menggambar jarum jam yang menunjuk jam ’11 lewat 10 menit’. b) Skoring Skoring dapat diperhatikan pada tabel 1 berikut ini. Skor Kesalahan Contoh-contoh 1 Sempurna Tidak ada kesalahan sama sekali 2 Kesalahan visual spasial kecil a) kesalahan membuat spasi angka yang kecil b) menggambar angka jam di luar lingkaran c) membalik kertas saat menuliskan jam sehingga angka terbalik d) Menggambar jari-jari untuk menyesuaikan angka jam 3 Tidak mampu menunjuk seting jam ’11 lebih 10 menit’ padahal saat organsasi visual spasial terlihat sempurna atau hanya menunjukkan penyimpangan yang kecil a) Jarum yang menunjuk menit ada di angka 10 b) Menulis jam 11 lebih 10 menit c) Tidak mampu menggambar penunjuk waktu 4 Disorganisasi visual spasial yang ringan sehingga tidak mungkin akan menunjuk jam ’11 lebih 10 menit’ a) Pembuatan spasi yang tidak akurat b) Menghilangkan angka c) Perseverasi: mengulang lingkaran atau melanjutkan lebih 12 dengan 13, 14, 15, dst d) Bagian kiri kanan terbalik: angka digambarkan berkebalikan arah jarum jam e) Disgrapia: tidak mampu menulis angka dengan akurat 5 Tingkat yag parah pada disorganisasi tersebut seperti pada skoring 4 Lihat contoh dari skoring 4 6 Tidak mampu merepresntasikan jam a) Tidak ada usaha sama sekali b) Tidak ada kemiripan dengan jam sama sekali c) Menulis nama atau kata Alat Ukur Demensia Untuk mengetahui ada tidaknya demensia pada lansia digunakan tes Mini Mental state Examination (tes mini mental) untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual. No. Orientasi Skor 1 Sebutkan : Tahun berapa sekarang Musim apa (hujan/kemarau) Tanggal Bulan 1 1 1 1 1 2 Sebutkan dimana kita sekarang : a. Negara b. Propinsi c. Kota d. Rumah sakit (paling dekat dengan rumah) e. Bagian rumah (sebutkan) 1 1 1 1 1 1 3 Registrasi Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda dengan antara 1 detik waktu menyebut nama benda tersebut (misalnya : buku, mangkok, payung). Setelah selesai, suruh penderita menyebutnya. Beri angka 1 tiap jawaban yang betul. Bila salah, suruh mengulang sampai betul semua. 1 1 1 1 13 1 4 Perhatian dan Kalkulasi : Hitungan kurang 7. Misalnya : 100-7, pendapatannya dikurangi lagi dengan 7, demikian seterusnya sampai 5 jawaban. Jadi : ( 100 – 7 = 93 – 7 = 86 – 7 = 79; 72; 65 ). Beri angka 1 bagi tiap jawaban yang betul. Tes 4 ini dapat diganti dengan tes mengeja, yaitu mengeja mundur kata : kartu (utrak ). 3 5 Mengingat kembali Tanyakan nama benda yang telah disebutkan pada pertanyaan nomor 3. beri angka 1 bagi tiap jawaban yang betul. 5 3 6 Bahasa Anda tunjuk pada pensil dan arloji. Suruh penderita menyebutkan nama benda yang anda tunjuk. 2 5 7 Suruh penderita mengulangi kalimat berikut : “tanpa kalau, dan atau tetapi “. 1 8 Suruh penderita melakukan suruhan 3 tingkat yaitu: Ambil kertas dengan tanganmu 3 BAB III PEMBAHASAN A. Contoh Format dan Asuhan Keperawatan Pada Lansia Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.S Dengan Rematik (Osteoartritis) Di Perumahan Villa Adi Prima Kota Sukabumi A. Karakteristik Demografi 1. Identitas Diri Klien Nama : Ny. S Tempat/ tanggal lahir : Sukabumi, 10 Agustus 1936 Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan terakhir : SKKP/ SMP Golda : O Agama : Islam Status perkawinan : Janda Alamat : JL.Nakula No 10 sukaraja Keluarga atau orang lain yang penting/ yang dapat di hubungi Nama : Ny. D Alamat : JL.Nakula No 10 sukaraja No. telp : - Jenis kelamin : perempuan Hubungan dengan usila/klien : anak 2. Riwayat pekerjaan Saat ini Ny.S tidak bekerja, sebelumnya Ny.S bekerja sebagai penjahit. Sumber pendapatan Ny.S yang di dapat dari hasil kebun miliknya dan uang pensiunan suaminya masih dapat mencukupi kebutuhan Ny.S sehari-hari. 3. Aktivitas rekreasi Di rumah Ny.S suka masak-masak, Ny.S juga sering memasak untuk cucu-cucunya yang tinggal dengan klien. Ny.S jarang pergi berwisata. Ny.S sering mengikuti pengajian yang diadakan di masjid,biasanya diadakan seminggu 2 kali. 4. Riwayat keluarga a. Saudara/ anak kandung Nama Keadaan saat ini keterangan Tn. I Sehat Tinggal serumah Ny. D Sehat Tinggal serumah Tn. E Sehat Tidak tinggal serumah Ny. R Sehat Tidak tinggal serumah Ny. N Sehat Tidak tinggal serumah Ny. Y Sehat Tinggal serumah Ny. R Sehat Tidak tinggal serumah Ny. A Sehat Tidak tinggal serumah b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir) Dalam 1 tahun terakhir tidak ada keluarga yang meninggal c. Kunjungan keluarga Setiap lebaran (Idul fitri) keluarga besar Ny.S selalu berkumpul di rumah Ny. S. B. Pola Kebiasaan Sehari-Hari 1. Nutrisi Ny.S mengatakan makan 3x sehari 1 centong, makannya selalu habis. Setiap hari klien makan dengan nasi, sayur dan lauk dengan menu yang berbeda. Ny.S lebih suka makan menggunakan tangan, klien selalu mencuci tangannya sebelum makan. Ny.S mengatakan tidak suka makan mie instan. Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi, pantangan ataupun keluhan yang berhubungan dengan makan. 2. Eliminasi  BAK dan BAB Klien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening,bau khas. Klien BAB 1x/ 2 hari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas. Biasanya klien BAB di pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan mengenai BAK ataupun BAB. 3. Personal hygiene a. Mandi Ny.S mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun. b. Oral hygiene Ny.S tidak menggosok gigi karena Ny.S sudah tidak mempunyai gigi. c. Cuci rambut Biasanya Ny.S membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari 1x. d. Kuku dan tangan Ny.S mengatakan memotong kukunya setiap hari jumat, Ny.S juga sering mencuci tangannya dengan sabun. e. Istirahat dan tidur Ny.S mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak karena Ny.S sering terbangun di tengah malam, merasa kepalanya pusing dan sulit untuk bisa tidur lagi. Keluarga Ny.S (anak klien) mengatakan Ny.S sering nglindur saat tidur. Ny.S mengatakan biasa nonton tv sebelum tidur dan biasanya Ny.S tidur malam jam 21.00-02.00 dan tidur siang jam13.10-15.30 f. Kebiasaan mengisi waktu luang Ny.S suka jalan-jalan ke pasar di pagi hari. Biasanya Ny.S menggunakan waktu luangnya untuk nonton tv, memasak ataupun berkebun. g. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Ny.S tidak pernah melakukan kebiasaan yang dapat menurunkan kesehatannya seperti merokok, minum-minuman keras, Ny.S juga tidak ada ketergantunag terhadap obat-obatan. Uraian kronologis sehari-hari Jenis kegiatan Lama waktu setiap kegiatan Sholat tahajud 02.10 – 04.00 Sholat subuh 04.30 – 05.00 Masak untuk sarapan 05.00 – 06.00 Membersihkan halaman dan rumah 06.00 – 08.00 Belanja 08.00 – 09.00 Nonton tv 09.00 – 11.00 Masak untuk makan siang 11.00 – 12.00 Sholat duhur 12.00 – 12.30 Makan siang 12.30 – 13.00 Tidur siang 13.10 – 15.30 Mandi 15.30 – 15.45 Sholat asar 16.00 – 16.20 Nonton tv 16.30 – 17.20 Persiapan sholat magrib dan isya 17.20 – 19.30 Makan malam 19.30 – 20.00 Nonton tv 20.00 – 21.00 Tidur 21.00 – 02.00 C. Status Kesehatan 1. Status kesehatan saat ini a. Keluhan utama 1 tahun terakhir : Ny.S mengatakan pegal-pegal pada persendian bila Ny.S merasa kecapean. b. Gejala yang di rasakan Ny.S mengatakan merasa pegal pada pundak, pinggul dan lutut. c. Faktor pencetus Ny.S mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan. d. Timbulnya keluhan Ny.S mengatakan pegal-pegal timbul setelah beraktifitas berat. e. Waktu timbulnya keluhan Ny.S mengatakan timbul pegal setelah beraktifitas berat dan merasa tambah pegal lagi setelah itu, biasanya di rasakan pada sore/ malam hari. Ny.S mengatakan terkadang tidak bisa tidur karena nyeri. f. Upaya mengatasi Ny.S mengatakan biasanya kalau asam uratnya kambuh Ny.S memanggil tukang pijat, Mengkonsumsi obat-obatan tradisional, Pergi ke klinik pengobatan atau dokter praktik. 2. Riwayat kesehatan masa lalu a. Penyakit yang pernah di derita Ny.S mengatakan tidak pernah punya penyakit yang serius. b. Riwayat alergi Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi. c. Riwayat kecelakaan Ny.S mengatakan dulu Ny.S pernah mengalami kecelakaan motor, tapi lukanya tidak serius, hanya lecet-lecet saja. d. Riwayat di rawat di rumah sakit Ny.S mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit. e. Riwayat pemakaian obat Ny.S mengatakan tidak ketergantungan dengan obat, bila sakit, Ny.S mengkonsumsi jamu atau membeli obat yang di beli di warung. 3. Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukran, auskultasi, perkusi, palpasi) a. Keadaan umum (TTV) : TD 110/70 mmHg N : 90 x / menit RR : 20 x / menit S : 36,5 °C b. BB/TB : 40 Kg / 143 cm c. Mata : bentuk simetris, konjungtiva ananemis, sklera an ikterik, penglihatan klien tidak jelas (+3) d. Telinga : telinga klien bersih, bentuk simetris, pendengaran sudah agak berkurang e. Mulut, gigi dan bibir : keadaan mulut baik, gigi tidak ada, bibir agak kering. f. Leher : baik, tidak ada pembesaran tiroid, Klien mengatakan leher terasa kaku dan pegal g. Dada  Jantung Inspeksi : Simetris, tidak ada pembesaran Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Perkusi : pekak Auskultasi : Reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan  Paru Inspeksi : Simetris, tidak ada odem Palpasi : Taxtil premitus sama, tidak ada nyeri tekan Perkusi : Redup Auskultasi : Vasikuler h. Abdomen Inspeksi : Simetris Auskultasi : Refluks 10x /mnt Palpasi : Tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan Perkusi : Timpani i. Fungsi reproduksi : sudah tidak bereproduksi/ tidak mengalami menstruasi j. Kulit : kriput, warna sawo matang, tugor kulit baik k. Ekstrimitas atas : baik, dapat di gerakkan, CRT < 3 detik. l. Ekstrimitas bawah : baik, dapat di gerakkan, ada nyeri tekan skala 5, warna kemerahan, akral hangat, kekuatan otot skala 4. D. Hasil Pengkajian Khusus ( Lampiran ) 1. Masalah kesehatan kronis Berdasarkan analisa hasil, Ny.S penglihatannya sering kabur, mata berair, pendengaran sudah berkurang, telinga sering berdenging, sering nyeri pinggang dan tulang belakang, nyeri persendian dan bengkak, nyeri pegal pada daerah tengkuk. Masalah kesehatan Ny.S dengan jumlah 19 yang menunjukan bahwa Ny.S tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan. 2. Fungsi kognitif Berdasarkan analisa hasil, Ny.S tidak bisa menjawab pertanyaan di mana alamatnya. Dengan jumlah kesalahan total 1 yang menunjukan bahwa fungsi intelektual Ny.S utuh. 3. Status fungsional Analisa hasil dengan jumlah 17 yang menunjukan bahwa Ny.S masih bisa melakukan aktifitas dengan mandiri seperti mandi di kamar mandi, menyiapkan pakaian dan mengenakannya, memakan makanan yang telah di siapkan, memelihara kebersihan diri, dapat mengontrol pengeluaran fases dan air kemih, berjalan tanpa alat bantu, menjalankan ibadah, melakukan pekerjaan rumah, berbelanja, dll. 4. Status psikologis (skala depresi) Ny.S mengatakan Ny.S sering merasa bosan. Dari analisa hasil dengan Jumlah 1 yang menunjukan bahwa Ny.S Normal / tidak mengalami depresi. 5. Dukungan keluarga Ny.S mengatakan selalu puas bahwa Ny.S dapat kembali pada keluarga (teman-teman) Ny.S untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan Ny.S, Ny.S selalu puas dengan cara keluarga (teman-teman) Ny.S membicarakan sesuatu dengan Ny.S dan mengungkapkan masalah dengan Ny.S, Ny.S selalu puas bahwa keluarga (teman-teman) Ny.S menerima dan mendukung keinginan Ny.S untuk melakukan aktivitas atau arah baru, Ny.S selalu puas dengan cara keluarga (teman-teman) Ny.S mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi Ny.S, Ny.S kadang-kadang puas dengan cara teman-teman Ny.S dan Ny.S menyediakan waktu bersama-sama. Dari analisa hasil APGAR yang di peroleh dari Ny.S adalah 9 yang menunjukan bahwa fungsi sosial Ny.S normal. E. Lingkungan tempat tinggal 1. Kebersihan dan kerapian ruangan Keadaan rumah Ny.S bersih dan rapi, Ny.S mengatakan setiap hari membersihkan dan merapikan rumahnya sendiri. 2. Penerangan dan Sirkulasi udara Pencahayaan dan sirkulasi di rumah Ny.S cukup, dilihat dari umah Ny.S yang memiliki jendela dan ventilasi di setiap ruangan. 3. Keadaan kamar mandi dan wc Rumah Ny.S memiliki kamar mandi beralaskan kramik, lantainya licin karena sering basah . Wc berbentuk leher angsa dan terlihat bersih. 4. Pembuangan air kotor Rumah Ny.S memiliki pembuangan air kotor (got). 5. Sumber air minum Ny.S menggunakan air minum dari tanah (air tanah). 6. Pembuangan sampah Pembuangan sampah ada di belakang rumah (±10m), di bakar 2 minggu sekali 7. Sumber pencemaran asap dari dapur (Ny.S masih menggunakan tungku untuk memasak) 8. Penataan halaman (kalau ada) 9. Privasi privasi cukup baik, kamar mandi Ny.S tertutup kamar tidur Ny.S memiliki cendela dan pintu yang mudah di tutup. 10. Risiko injury keadaan kamar mandi licin, tidak ada tangga di rumah Ny.S. Lampiran : 1. Masalah kesehatan kronis No. Keluhan kesehatan/ gejala yang di rasakan klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi Selalu (3) Sering (2) Jarang (1) Tidak pernah (0) A. Fungsi Penglihatan 1. Penglihatan kabur V 2. Mata berair V B. Fungsi pendengaran 3. Pendengaran berkurang V 4. Telinga berdenging V C. Fungsi paru-paru 5. Batuk lama disertai keringat malam V 6. Sesak nafas V 7. Berdahak/sputum V D. Fungsi jantung 8. Jantung berdebar-debar V 9. Cepat lelah V 10. Nyeri dada V E. Fungsi pencernaan 11. Mual/ muntah V 12. Nyeri ulu hati V 13. Makan & minum banyak (berlebihan) V 14. Perubahan kebiasaan BAK (mencret/sembelit) V F. Fungsi pergerakan 15. Nyeri kaki saat jalan V 16. Nyeri pinggang dan tulang belakang V 17. Nyeri persendian dan bengkak V G. Fungsi persyarafan 18. Lumpuh/kelemahan pada kaki atau tangan V 19. Kehilangan rasa V 20. Gemetar/tremor V 21. Nyeri pegal pada daerah tengkuk V H. Fungsi saluran perkemihan 22. BAK banyak V 23. Sering BAK pada malam hari V 24. Tidak mampu mengontrol pengeluaran air kemih (ngompol) V Jumlah 13 6 19 Analisa hasil : Skor  25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan Skor 26 – 50 : masalah kesehatan kronis sedang Skor  51 : masalah kesehatan kronis berat 2. Fungsi kognitif Pengkajian status kognitif dan afektif Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Skor No Pertanyaan Jawaban + - V 1. Tanggal berapa hari ini? 20 V 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun) Senin,07-10- 2013 V 3. Apa nama tempat ini? Rumah 4. Berapa nomor telepon anda? - V 4a. Di mana alamat anda? (tanyakan bila klien tidak mempunyai telepon) JL.Flores no 28 tegal V 5. Berapa umur anda? 76 V 6. Kapan anda lahir 10 Agustus 1946 V 7. Siapa presiden sekarang? SBY V 8. Siapa presiden sebelumnya? Megawati V 9. Siapa nama kecil ibu anda? Ami V 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun 30.000-5.000= 25.000 35.000-20.000 = 5000 5000-3000 = 2000 Jumlah kesalahan total 1 Analisa hasil Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat 3. Status fungsional No Aktifitas Mandiri (nilai 1) Tergantung (nilai 0) 1. Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan dan mengeringkan badan) V 2. Menyiapkan pakaian, menggunakan dan mengenakannya V 3. Memakan makanan yang telah di siapkan V 4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri (menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi, mencukur kumis) V 5. Buang air besar di WC (membersihkan dan mengeringkan bokong) V 6. Dapat mengontrol pengeluaran fases (tinja). V 7. Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan mengeringkan daerah kemaluan). V 8. Dapat menguntrol pegeluaran air kemih V 9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar ruangan tanpa alat bantu seperti tongkat V 10. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianut V 11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak dan membersihkan ruangan V 12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga V 13. Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan uang sendiri) V 14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk bepergian V 15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat) V 16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas social yang dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan. V 17. Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan keagamaan, social, rekreasi, olahraga dan menyalurkan hobi). V Jumlah 17 Analisa hasil : Skor 13 – 17 : mandiri Skor 0 – 12 : ketergantungan 4. Pengkajian status fungsional yang belum di modifikasi A : Kemandirian dalam hal makan,kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi 5. Status psikologis Modifikasi skala depresi geriatrik yesavage No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir Jawaban 1 Merasa puas dengan hidup yang di jalani? Ya Ya 2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? Tidak Tidak 3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? Tidak Tidak 4 Sering merasa bosan? Tidak Ya 5 Penuh pengharapan akan masa depan? Ya Ya 6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? Ya Ya 7 Di ganggu oleh pikirang-pikiran yang tidak dapat di ungkapkan? Tidak Tidak 8 Merasa bahagia di sebagian besar waktu? Ya Ya 9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? Tidak Tidak 10 Sering kali merasa tidak berdaya ? Tidak Tidak 11 Sering merasa gelisah dan gugup? Tidak Tidak 12 Memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat? Tidak Tidak 13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? Tidak Tidak 14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat di bandingkan orang lain? Tidak Tidak 15 Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? Ya Ya 16 Sering kali merasa merana? Tidak Tidak 17 Merasa kurang bahagia? Tidak Tidak 18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? Tidak Tidak 19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? Ya Ya 20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? Tidak Tidak 21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? Ya Ya 22 Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak Tidak 23 Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Tidak Tidak 24 Seringkali menjadi kesal dengan hal yang sepele? Tidak Tidak 25 Seringkali merasa ingin menangis? Tidak Tidak 26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Tidak Tidak 27 Menikmati tidur? Ya Ya 28 Memilih menghindar dari kumpulan social? Tidak Tidak 29 Mudah mengambil keputusan? Ya Ya 30 Mempunyai pikiran yang jernih? Ya Ya Jumlah 2 Analisa hasil : = terganggu nilai 1 = normal nilai 0 Nilai : 6 – 15 ; depresi ringan sampai sedang Nilai : 16 – 30 ; depresi berat Nilai : 0 - 5 ; normal 6. Pengkajian status sosial Status sosal lansia dapat di ukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian : bila pertanyaan-pertanyaan yang di jawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0) APGAR Keluarga No Fungsi Uraian Skore 1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya. 2 2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya. 2 3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru. 2 4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai. 2 5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama. 1 Analisa hasil : Skor 8-10 ; fungsi sosial normal Skor 5-7; fungsi sosial cukup Skor 0-4 ; fungsi sosial kurang/ suka menyendiri Analisa Data No. Data Etiologi Masalah 1. Ds : - Ny.S mengatakan P = Pegal2 timbul setelah beraktifitas berat. Q = Seperti di terjerat tali. - R = Pegal-pegal pada pundak, pinggul dan lutut. S = Skala 5 - T = Biasanya di rasakan pada sore/ malam hari. - Ny.S mengatakan pegal-pegal pada persendian bila Ny.S merasa kecapean. - Ny.S mengatakan terkadang tidak bisa tidur karena nyeri. Do : - Ny.S tampak meringis kesakitan - Ny.S tampak gelisah - Ny.S tampak berhati-hati saat bergerak. - Kekuatan otot ekstrimitas bawah skala 4. - Terdapat nyeri tekan di pundak, pinggul dan lutut. - Warna kulit pada bets terlihat kemerahan, akral hangat, kekuatan otot skala 4. destruksi sendi Nyeri akut 2. Ds : - Ny.S mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak. - Ny.S mengatakan biasa nonton tv sebelum tidur. - Ny.S mengatakan sering terbangun tengah malam dan merasa kepalanya pusing. - Ny.S mengatakan bila sudah bangun sulit untuk tidur lagi. - Keluarga Ny.S (anak klien) mengatakan Ny.S sering nglindur saat tidur. - Ny.S mengatakan tidur malam jam 21.00-02.00 dan tidur siang jam13.10-15.30 - Ny.S mengatakan bila beraktifitas cepat lelah. Do : - Ny.S tampak mengantuk - Ny.S terlihat pucat - Terdapat kantong mata - Konjungtiva Ny.S terlihat kemerahan. pergeseran tahap tidur terkait dengan proses penuaan Deprivasi tidur Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi. 2. Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan proses penuaan. Intervensi No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan : - Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol. - Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. - Mengikuti program farmakologis yang diresepkan. - Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri. 1. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal. 2. Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan. 3. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. 4. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk. 5. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan. 6. Anjurkan pasien untuk terapi herbal dengan menggunakan jahe 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program. 2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri. 3. Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat. 4. Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas. 5. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut. 6. Penggunaan jahe dapat mengurangi gejala inflamasi dan gejala rematik pada pasien. - Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol. - Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampua. - Mengikuti program farmakologis yang diresepkan. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri. 2. Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan proses penuaan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan : - Menunjukkan tidur yang dibuktikan dengan perasaan segar setelah tidur - Penurunan gejala deprivasi tidur - Kualitas tidur meningkat - Tidak ada gangguan tidur. 1. Ciptakan lingkungan rasa nyaman dan rileks untuk klien. 2. Anjurkan pasien untuk minum obat analgesik sebelum tidur. 3. Bantu kebiasaan klien sebelum tidur misalnya mendengarkan musik, membaca dan berdoa. 4. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur 5. Ajarkan pada klien dan keluarga tentang faktor yang dapat mengganggu tidur. 1. Lingkungan yang tenang dapat meningkatkan kualitas tidur klien. 2. Pemberian analgesik untuk klien yang nyeri dapat membantu klien tidur nyenyak. 3. Kebiasaan sebelum tidur yang baik dapat membuat pkiran rileks. 4. Latihan fisik yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan. 5. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang faktor apa saja yang dapat mengganggu tidur. - Menunjukkan tidur yang dibuktikan dengan perasaan segar setelah tidur - Penurunan gejala deprivasi tidur - Kualitas tidur meningkat - Tidak ada gangguan tidur. Implementasi No. Tanggl Intervensi Respon 1. Senin 07-10-2013 1. Mengkaji dan mencatat lokasi dan intensitas 2. Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal. 3. Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. 4. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. 5. Berikan kompres hangat jika dibutuhkan. 6. menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi obat herbal dengan menggunakan jahe. Ds: - Ny.S mengatakan P = Pegal-pegal timbul setelah beraktifitas berat. Q = Seperti di terjerat tali. R = Pegal-pegal pada pundak, pinggul dan lutut. S = Skala nyeri berkurang menjadi 4 T = di rasakan pada sore/ malam hari Do: - Ny.S tampak lebih rileks Ds : - Ny.S mengatakan terasa pegal bila gerak. Do : - Ny.S tampak memijat-mijati kakinya. Ds: - Ny.S mengatakan nyaman Do: - Ny.S terlihat rileks Ds: - Do: - Ny.S terlihat sibuk menonton tv. Ds: - Ny.S mengatakan nyerinya berkurang Do: - Nyeri berkurang menjadi skala 4 Ds : - Ny.S mengatakan kondisinya sedikit lebih baik. Do : - 2. Senin,07-10-2013 1. Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur, tempat tidur yang bersih dan rapi. 2. Menganjurkan pasien minum obat analgesik yang di berikan dokter sebelum tidur. 3. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur misalnya mendengarkan musik, membaca dan berdoa. 4. menghindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur 5. memberikan informasi pada klien dan keluarga tentang faktor yang dapat mengganggu Ds : - Ny.S mengatakan lebih nyaman miring ke kanan Do : - Ny.S tampak nyaman Ds : - Ny.S mengatakan bisa tidur nyenyak Do : - Ny.S minum analsik setelah makan 3x1 hari Ds : - Ny.S mengatakan suka nonton tv sebelum tidur - Ny.S mengatakan selalu membaca doa sbelum tidur Do : - Ds : - Ny.S mengatakan tidak jarang melakukan aktivitas yang berat sebelum tidur. Do : - Ny.S terlihat rileks. Ds : - Ny.S dan keluarga klien mengatakan paham terhadap apa yang di sampaikan perawat. - Keluarga Ny.S mengatakan bersedia untuk menerapkan apa yang di sampaikan perawat. Do : - Ny.S tampak kooperatif Evaluasi No. Tanggal Diagnosa kep. Evaluasi 1. Senin,07-10-2013 Nyeri kronis berhubungan dengan destruksi sendi. S : - Ny.S mengatakan P = Pegal2 timbul setelah beraktifitas berat. Q = Seperti di terjerat tali. R = Pegal-pegal pada pundak, pinggul dan lutut. S = Skala nyeri berkurang menjadi 4 T = di rasakan pada sore/ malam hari - Ny.S mengatakan terasa pegal bila gerak. - Ny.S mengatakan nyaman - Ny.S mengatakan nyerinya berkurang - Ny.S mengatakan kondisinya sedikit lebih baik - O : - Ny.S tampak lebih rileks - Ny.S tampak memijat-mijati kakinya. - Ny.S terlihat rileks - Ny.S terlihat sibuk menonton tv. - Nyeri berkurang menjadi skala 4 A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 2. Senin,07-10-2013 Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan proses penuaan. S: - Ny.S mengatakan lebih nyaman miring ke kanan. - Ny.S mengatakan bisa tidur nyeyak. - Ny.S mengatakan suka nonton tv sebelum tidur . - Ny.S mengatakan selalu membaca doa sbelum tidur. - Ny.S mengatakan tidak jarang melakukan aktifitas yang berat sebelum tidur. - Ny.S dan keluarga Ny.S mengatakan paham terhadap apa yang di sampaikan perawat. - Keluarga Ny.S mengatakan bersedia untuk menerapkan apa yang di sampaikan perawat. O : - Ny.S tampak nyaman - Ny.S diberi analsik 3x1 hari setelah makan - Ny.S terlihat rileks. - Ny.S tampak kooperatif A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Format Asuhan Keperawatan Pada Lansia 1. Identitas Diri Klien Nama : Tempat/ tanggal lahir : Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Golda : Agama : Status perkawinan : Alamat : Keluarga atau orang lain yang penting/ yang dapat di hubungi Nama : Alamat : No. telp : Jenis kelamin : Hubungan dengan usila/klien : 5. Riwayat pekerjaan 6. Aktivitas rekreasi 7. Riwayat keluarga d. Saudara/ anak kandung Nama Keadaan saat ini keterangan e. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir) f. Kunjungan keluarga F. Pola Kebiasaan Sehari-Hari 4. Nutrisi 5. Eliminasi  BAK dan BAB 6. Personal hygiene 7. Istirahat dan tidur 8. Kebiasaan mengisi waktu luang Uraian kronologis sehari-hari Jenis kegiatan Lama waktu setiap kegiatan Sholat tahajud 02.10 – 04.00 Sholat subuh 04.30 – 05.00 Masak untuk sarapan 05.00 – 06.00 Membersihkan halaman dan rumah 06.00 – 08.00 Belanja 08.00 – 09.00 Nonton tv 09.00 – 11.00 Masak untuk makan siang 11.00 – 12.00 Sholat duhur 12.00 – 12.30 Makan siang 12.30 – 13.00 Tidur siang 13.10 – 15.30 Mandi 15.30 – 15.45 Sholat asar 16.00 – 16.20 Nonton tv 16.30 – 17.20 Persiapan sholat magrib dan isya 17.20 – 19.30 Makan malam 19.30 – 20.00 Nonton tv 20.00 – 21.00 Tidur 21.00 – 02.00 G. Status Kesehatan 4. Status kesehatan saat ini g. Keluhan utama 1 tahun terakhir h. Gejala yang di rasakan i. Faktor pencetus Ny.S mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan. j. Timbulnya keluhan Ny.S mengatakan pegal-pegal timbul setelah beraktifitas berat. k. Waktu timbulnya keluhan l. Upaya mengatasi 5. Riwayat kesehatan masa lalu f. Penyakit yang pernah di derita g. Riwayat alergi h. Riwayat kecelakaan i. Riwayat di rawat di rumah sakit j. Riwayat pemakaian obat 6. Pengkajian / pemeriksaan fisik (observasi, pengukran, auskultasi, perkusi, palpasi) m. Keadaan umum (TTV) : TD : N : RR : S : n. BB/TB : o. Mata : p. Telinga : q. Mulut, gigi dan bibir : r. Leher : s. Dada  Jantung Inspeksi : Palpasi : Perkusi : Auskultasi :  Paru Inspeksi : Palpasi : Perkusi : Auskultasi : t. Abdomen Inspeksi : Auskultasi : Palpasi : Perkusi : u. Fungsi reproduksi : v. Kulit : w. Ekstrimitas atas : x. Ekstrimitas bawah : H. Hasil Pengkajian Khusus ( Lampiran ) 6. Masalah kesehatan kronis 7. Fungsi kognitif 8. Status fungsional 9. Status psikologis (skala depresi) 10. Dukungan keluarga I. Lingkungan tempat tinggal 11. Kebersihan dan kerapian ruangan 12. Penerangan dan Sirkulasi udara 13. Keadaan kamar mandi dan wc 14. Pembuangan air kotor 15. Sumber air minum 16. Pembuangan sampah 17. Sumber pencemaran 18. Penataan halaman (kalau ada) 19. Privasi 20. Risiko injury Lampiran : 7. Masalah kesehatan kronis No. Keluhan kesehatan/ gejala yang di rasakan klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi Selalu (3) Sering (2) Jarang (1) Tidak pernah (0) A. Fungsi Penglihatan 25. Penglihatan kabur 26. Mata berair B. Fungsi pendengaran 27. Pendengaran berkurang 28. Telinga berdenging C. Fungsi paru-paru 29. Batuk lama disertai keringat malam 30. Sesak nafas 31. Berdahak/sputum D. Fungsi jantung 32. Jantung berdebar-debar 33. Cepat lelah 34. Nyeri dada E. Fungsi pencernaan 35. Mual/ muntah 36. Nyeri ulu hati 37. Makan & minum banyak (berlebihan) 38. Perubahan kebiasaan BAK (mencret/sembelit) F. Fungsi pergerakan 39. Nyeri kaki saat jalan 40. Nyeri pinggang dan tulang belakang 41. Nyeri persendian dan bengkak G. Fungsi persyarafan 42. Lumpuh/kelemahan pada kaki atau tangan 43. Kehilangan rasa 44. Gemetar/tremor 45. Nyeri pegal pada daerah tengkuk H. Fungsi saluran perkemihan 46. BAK banyak 47. Sering BAK pada malam hari 48. Tidak mampu mengontrol pengeluaran air kemih (ngompol) Jumlah Analisa hasil : Skor  25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan Skor 26 – 50 : masalah kesehatan kronis sedang Skor  51 : masalah kesehatan kronis berat 8. Fungsi kognitif Pengkajian status kognitif dan afektif Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Skor No Pertanyaan Jawaban + - 1. Tanggal berapa hari ini? 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun) 3. Apa nama tempat ini? 4. Berapa nomor telepon anda? 4. Di mana alamat anda? (tanyakan bila klien tidak mempunyai telepon) 5. Berapa umur anda? 6. Kapan anda lahir 7. Siapa presiden sekarang? 8. Siapa presiden sebelumnya? 9. Siapa nama kecil ibu anda? 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun Jumlah kesalahan total Analisa hasil Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat 9. Status fungsional No Aktifitas Mandiri (nilai 1) Tergantung (nilai 0) 1. Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan dan mengeringkan badan) 2. Menyiapkan pakaian, menggunakan dan mengenakannya 3. Memakan makanan yang telah di siapkan 4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri (menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi, mencukur kumis) 5. Buang air besar di WC (membersihkan dan mengeringkan bokong) 6. Dapat mengontrol pengeluaran fases (tinja). 7. Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan mengeringkan daerah kemaluan). 8. Dapat menguntrol pegeluaran air kemih 9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar ruangan tanpa alat bantu seperti tongkat 10. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianut 11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak dan membersihkan ruangan 12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga 13. Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan uang sendiri) 14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk bepergian 15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat) 16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas social yang dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan. 17. Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan keagamaan, social, rekreasi, olahraga dan menyalurkan hobi). Jumlah Analisa hasil : Skor 13 – 17 : mandiri Skor 0 – 12 : ketergantungan 10. Pengkajian status fungsional yang belum di modifikasi A : Kemandirian dalam hal makan,kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi 11. Status psikologis Modifikasi skala depresi geriatrik yesavage No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir Jawaban 1 Merasa puas dengan hidup yang di jalani? 2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? 3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? 4 Sering merasa bosan? 5 Penuh pengharapan akan masa depan? 6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? 7 Di ganggu oleh pikirang-pikiran yang tidak dapat di ungkapkan? 8 Merasa bahagia di sebagian besar waktu? 9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? 10 Sering kali merasa tidak berdaya ? 11 Sering merasa gelisah dan gugup? 12 Memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat? 13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? 14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat di bandingkan orang lain? 15 Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? 16 Sering kali merasa merana? 17 Merasa kurang bahagia? 18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? 19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? 20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? 21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? 22 Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? 23 Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? 24 Seringkali menjadi kesal dengan hal yang sepele? 25 Seringkali merasa ingin menangis? 26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? 27 Menikmati tidur? 28 Memilih menghindar dari kumpulan social? 29 Mudah mengambil keputusan? 30 Mempunyai pikiran yang jernih? Jumlah Analisa hasil : = terganggu nilai 1 = normal nilai 0 Nilai : 6 – 15 ; depresi ringan sampai sedang Nilai : 16 – 30 ; depresi berat Nilai : 0 - 5 ; normal 12. Pengkajian status sosial Status sosal lansia dapat di ukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian : bila pertanyaan-pertanyaan yang di jawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0) APGAR Keluarga No Fungsi Uraian Skore 1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya. 2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya. 3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru. 4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai. 5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama. Analisa hasil : Skor 8-10 ; fungsi sosial normal Skor 5-7; fungsi sosial cukup Skor 0-4 ; fungsi sosial kurang/ suka menyendiri Analisa Data No. Data Etiologi Masalah 1. Ds : Do : Diagnosa Keperawatan Intervensi No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi . Implementasi No. Tanggl Intervensi Respon 1. Evaluasi No. Tanggal Diagnosa kep. Evaluasi S : O : A : P : BAB IV KESIMPULAN Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dijadikan dalam persoalan hokum, dan merupakan bukti pencatatan dalam pelaporan yang dimiliki perawat dan tim kesehatan lainnya. Dokumentasi keperawatan ini mengacu pada nursing proses yang terdiri dari pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo, 2003). Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah demensia yang lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk mencegah demensia pada lansia tersebut, solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan tes MMSE, dimana tes ini sangat mudah di kerjakan dan dilakukan untuk para lansia sehari-harinya. Bio-Psiko-Sosial-Spiritual sangatlah penting untuk para lansia karena kebutuhan mereka haruslah sangat terpenuhi dimana para lansia secara tidak sadar suka terganggu dan butuh di motivasi oleh seorang perawat agar kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritualnya terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Budi Ana Keliat. 1996. Proses Keperawatan.jakarta,EGC Carpenito, LJ. 1995. Hand Book of Nursing Diagnosis. Philadelphia, J.B. Lippincott. Griffit, JW and Christensen, PJ. 1948. Nursing Process Application of Theories Frameworks and Models. CV. Mosby Company. http://solusiayurveda.wordpress.com Author.2001.Sympton of Dementia. American Family Physician. http://www.aafp. org/afp/2001/0215/p717.html. (3 Mei 2011) Ag Masykur & Fathani A.B. 2008. Mathematical Intellegince. Jogjakarta: Ar ruz Media Group. Harvey, Robinson & Rossor. 2003. The prevalence and causes of dementia in people under the age of 65 years. Journal Neurosurgery Psychiatry, 74: 1206-1209. Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak). Jakarta: Grasindo. Nugroho. 2000.Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: EGC, hal.13, 19-28, 42-43. Pudjiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC, hal 2-8 Santoso, H dan A. Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia, hal.50. Suara Merdeka. 30 Juni, 2010. Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka. Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998. Behavioral symptom of dementia.   DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA Dosen Pembimbing : Suprapto,S.Pd,S.Kep,MM Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik Di Susun Oleh : Vina Rahmawianti 029P.A11.167 Yogie Firman Hidayat 029P.A11.171 Solehudin Danuwinata 029P.A11.165 PROGRAM DIII-KEPERAWATAN POLTEKKES YAPKESBI SUKABUMI 2013 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena berkat rahmat dan ridho-Nya alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul “Dokumentasi Asuhan Keperawatan Lansia ’’. Dalam penyusunannya, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik Bapak Suprapto,S.Pd,S.Kep,MM yang telah membimbing dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi materi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakannya. Semoga makalah yang telah penulis susun dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca. Amin. Sukabumi, Oktober 2013 Penulis DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB 1 Pendahuluan 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan Penulis 2 BAB II Landasan Teori 3 A. Dokumentasi Asuhan Keperawatan 3 1. Dokumentasi 3 2. Dokumentasi Pengkajian 4 3. Dokumentasi Diagnose Keperawatan 5 4. Dokumentasi Rencana Keperawatan 7 5. Dokumentasi Intervensi Keperawatan 8 6. Dokumentasi Evaluasi 9 B. Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia 11 1. Ruang Lingkup Permasalahan 11 a. Kesehatan 11 b. Sosial 11 c. Psikososial 12 d. Psikologi. 13 e. Spiritual 13 2. Batasan Dan Pemahaman 15 1. Pendekatan Holistik 15 2. Usia Lanjut 15 3. Usia Lanjut Sehat 15 4. Proses Penuaan 16 5. Kesejahteraan Usia Lanjut 16 6. Budaya 17 7. Gangguan Psikologis dan Masalah Perilaku pada Usia Lanjut 17 C. Dementia Pada Lansia 19 D. Daya Ingat (Memori) Pada Lansia 20 E. Masalah Daya Ingat (Memori_) 21 F. Tes Skrining MMSE 23 BAB III Pembahasan 28 A. Contoh dan Format Asuhan Keperawatan Pada Lansia 28 BAB IV Kesimpulan 48 Daftar Pustaka Yogie Firman Hidayat Solehudin Danuwinata Vina Rahmawianti

Tidak ada komentar: